![]() |
Maafkan
aku karena tak bisa selalu mengingatkanmu untuk makan.
Maafkan
aku jika suaraku kalah kuat dengan kokokan ayam yang membangunkanmu.
Maafkan
aku karena
tangan kasarku tak pernah cocok dengan kuteks yang kau berikan
sebab kuku-kukuku
sudah memiliki warna tersendiri. Kuning.
Ya,
kuning karena
kunyit. Maafkan aku karena
tak pernah mengerti cara menggunakan pisau pemotong daging itu,
maafkan aku karena
lebih nyaman jika memegang daging yang kau sebut steak itu
menggunakan tangan dan langsung mengoyaknya dengan gigiku.
Maafkan
aku jika tak bisa membedakan yang mana yang mascara,
yang mana yang eyeliner,
yang mana yang eyeshadow,
yang mana yang pelembab, foundation,
alas bedak, blush
on,
lip
ice,
lip
gloss,
baby
lips,
dan
perangkat-perangkat lain yang sering hendak kau rekatkan ke wajahku
itu.
Aku
tak lebih dari si gadis desa yang hari-harinya hanya dihiasi dengan
pekerjaan-pekerjaan yang berkutat di dapur,
menghafal
segala jenis rempah yang biasa dipakai ibuku untuk memasak, menghafal
resep-resep leluhurku, hingga orang-orang menjulukiku si gadis
tungku.
Yah..
bukan karena apa-apa, hanya saja tubuhku
memang
lebih sering bergelumun dengan hitam pekatnya arang dapur. Bagaimana
tidak,
18
jam dalam
sehari
kuhabiskan di dapur.
Maafkan
aku jika tak pernah dan tak akan pernah bisa mengerti dengan yang
namanya fashion
terkini yang sering kau perlihatkan padaku.
Aku
tak dapat menangkap daya tarik dari model-model di majalah itu.
Mereka
kelihatan kurus kering dan kekurangan makanan. Bahkan
baju mereka juga cenderung kekurangan bahan. Bukannya
tertarik,
aku malah merasa iba
pada mereka. Sudah begitu,
kau malah menyuruhku untuk meniru
fashion
mereka.
Aku
benar-benar tak mengerti
Ohh
yaa.. aku juga minta maaf karena
telah merusak sepatu cantik pemberianmu itu.
Aku
tidak sengaja mematahkan haknya saat sedang berlatih memakainya. Aku
benar-benar tidak sengaja.
Tapi,
paling tidak aku mendapatkan karmanya. Kakiku
sekarang lecet.
Ya, benar-benar
lecet. Mungkin
ini hukuman yang pantas bagiku.
Aku
juga minta maaf karena
tak pernah mau menemanimu ke tempat yang sering dibilang oleh orang
kampungku ‘diskotik’
itu. Maaf,
tapi
aku benar-benar tidak biasa keluar malam,
apa lagi dengan baju ‘kekurangan
bahan’
yang kau tawarkan padaku.
Aku
benar-benar minta maaf karena
merasa risih setiap kali kau mencoba untuk menyentuhku.
Aku
benar-benar minta maaf.
Aku
benar-benar minta maaf jika ternyata aku lebih nyaman dengan kau yang
kukenal dulu.
Kau
yang benar-benar masih mengerti dengan yang namanya sopan santun.
Kau
yang tak pernah memaksakan kehendakmu.
Kau
yang tak pernah berkomentar dan merasa risih dengan penampilan dan
julukan ‘si
gadis tungku’
kepunyaanku.
Aku
benar-benar sangat nyaman dengan kondisi yang seperti itu. sungguh!!
Tapi,
Seperti yang orang-orang sering bilang, jika sudah cinta,
yang namanya bertahan pasti akan dilakukan. Yaa,,
begitulah… aku lebih memilih bertahan meski perih. Aku
lebih memilih banyak-banyak
meminta maaf ketimbang menolak dengan kasar permintaanmu. Aku
benar-benar meminta
maaf atas sikapku padamu. Aku
benar-benar minta maaf karena
terlalu pengecut untuk dapat menuruti
setiap keinginanmu.
Aku tahu yang kau
cari sekarang ini adalah calon istri yang anggun dan cantik jelita,
bukan seorang pembantu! Tapi menurutku,
“seorang wanita belumlah sempurna bila tak bisa mengenyangkan perut
suaminya, belum cukup sempurna jika hanya untuk berbenah rumah saja
tak bisa”. Yaa..
aku selalu berfikir begitu, tapi entah mengapa kau selalu lebih suka
melihatku berbenah diri (berdandan) ketimbang merapikan
peralatan-peralatan dapur kesayanganku. Aku benar-benar minta maaf
karna lebih nyaman tetap dalam wujudku sebagai ‘gadies
kampoeng’
yang tak bisa menerima ‘sihir’
darimu.
Aku
tak bisa menjadi seperti dongeng Cinderella yang selalu kau impikan.
Aku
minta maaf karena
tak bisa mewujudkan impianmu sebagai Pangerannya
Ciderella (ya,
aku tahu jika ini adalah kesalahan yang sangat fatal).
Aku
benar-benar minta maaf. Aku mungkin tak paham dengan yang namanya
kosmetik, tapi paling tidak,
aku tau mana yang kunyit, mana yang jahe, mana yang merica, mana yang
ketumbar, mana yang kayu manis, mana yang cengkeh, mana yang garda
munggu, mana yang
kapulaga, dan
aku
juga hafal dengan segala manfaat mereka. Bukankah itu juga termasuk
suatu yang patut dibanggakan?? Tapi entahlah, setiap kali aku berkata
begitu yang kudapat hanyalah senyuman sinis darimu… Hahahaa.. ahh..
sudahlah, yang terpenting hanya satu.. Aku menyayangimu, aku
mencintaimu, dan aku
harap kau juga begitu, meski dalam rupaku sebagai Gadies Kampoeng
atau sebagai Putri Cinderella.
:*
Dari
Cinderella yang gagal,
Sri
Hidayanti Nelson.