SURAT TERBUKA DARI GADIS DESA | Sri Hidayanti Nelson




Maafkan aku karena tak bisa selalu mengingatkanmu untuk makan. Maafkan aku jika suaraku kalah kuat dengan kokokan ayam yang membangunkanmu. Maafkan aku karena tangan kasarku tak pernah cocok dengan kuteks yang kau berikan sebab kuku-kukuku sudah memiliki warna tersendiri. Kuning. Ya, kuning karena kunyit. Maafkan aku karena tak pernah mengerti cara menggunakan pisau pemotong daging itu, maafkan aku karena lebih nyaman jika memegang daging yang kau sebut steak itu menggunakan tangan dan langsung mengoyaknya dengan gigiku. Maafkan aku jika tak bisa membedakan yang mana yang mascara, yang mana yang eyeliner, yang mana yang eyeshadow, yang mana yang pelembab, foundation, alas bedak, blush on, lip ice, lip gloss, baby lips, dan perangkat-perangkat lain yang sering hendak kau rekatkan ke wajahku itu. 
Aku tak lebih dari si gadis desa yang hari-harinya hanya dihiasi dengan pekerjaan-pekerjaan yang berkutat di dapur, menghafal segala jenis rempah yang biasa dipakai ibuku untuk memasak, menghafal resep-resep leluhurku, hingga orang-orang menjulukiku si gadis tungku. Yah.. bukan karena apa-apa, hanya saja tubuhku memang lebih sering bergelumun dengan hitam pekatnya arang dapur. Bagaimana tidak, 18 jam dalam sehari kuhabiskan di dapur.
Maafkan aku jika tak pernah dan tak akan pernah bisa mengerti dengan yang namanya fashion terkini yang sering kau perlihatkan padaku. Aku tak dapat menangkap daya tarik dari model-model di majalah itu. Mereka kelihatan kurus kering dan kekurangan makanan. Bahkan baju mereka juga cenderung kekurangan bahan. Bukannya tertarik, aku malah merasa iba pada mereka. Sudah begitu, kau malah menyuruhku untuk meniru fashion mereka. Aku benar-benar tak mengerti
Ohh yaa.. aku juga minta maaf karena telah merusak sepatu cantik pemberianmu itu. Aku tidak sengaja mematahkan haknya saat sedang berlatih memakainya. Aku benar-benar tidak sengaja. Tapi, paling tidak aku mendapatkan karmanya. Kakiku sekarang lecet. Ya, benar-benar lecet. Mungkin ini hukuman yang pantas bagiku. 
Aku juga minta maaf karena tak pernah mau menemanimu ke tempat yang sering dibilang oleh orang kampungku diskotik itu. Maaf, tapi aku benar-benar tidak biasa keluar malam, apa lagi dengan baju kekurangan bahan yang kau tawarkan padaku. Aku benar-benar minta maaf karena merasa risih setiap kali kau mencoba untuk menyentuhku. Aku benar-benar minta maaf.
Aku benar-benar minta maaf jika ternyata aku lebih nyaman dengan kau yang kukenal dulu. Kau yang benar-benar masih mengerti dengan yang namanya sopan santun. Kau yang tak pernah memaksakan kehendakmu. Kau yang tak pernah berkomentar dan merasa risih dengan penampilan dan julukan si gadis tungku kepunyaanku. Aku benar-benar sangat nyaman dengan kondisi yang seperti itu. sungguh!! Tapi, Seperti yang orang-orang sering bilang, jika sudah cinta, yang namanya bertahan pasti akan dilakukan. Yaa,, begitulah… aku lebih memilih bertahan meski perih. Aku lebih memilih banyak-banyak meminta maaf ketimbang menolak dengan kasar permintaanmu. Aku benar-benar meminta maaf atas sikapku padamu. Aku benar-benar minta maaf karena terlalu pengecut untuk dapat menuruti setiap keinginanmu. 
Aku tahu yang kau cari sekarang ini adalah calon istri yang anggun dan cantik jelita, bukan seorang pembantu! Tapi menurutku, “seorang wanita belumlah sempurna bila tak bisa mengenyangkan perut suaminya, belum cukup sempurna jika hanya untuk berbenah rumah saja tak bisa”. Yaa.. aku selalu berfikir begitu, tapi entah mengapa kau selalu lebih suka melihatku berbenah diri (berdandan) ketimbang merapikan peralatan-peralatan dapur kesayanganku. Aku benar-benar minta maaf karna lebih nyaman tetap dalam wujudku sebagai gadies kampoeng yang tak bisa menerima sihir darimu. Aku tak bisa menjadi seperti dongeng Cinderella yang selalu kau impikan. Aku minta maaf karena tak bisa mewujudkan impianmu sebagai Pangerannya Ciderella (ya, aku tahu jika ini adalah kesalahan yang sangat fatal).  
Aku benar-benar minta maaf. Aku mungkin tak paham dengan yang namanya kosmetik, tapi paling tidak, aku tau mana yang kunyit, mana yang jahe, mana yang merica, mana yang ketumbar, mana yang kayu manis, mana yang cengkeh, mana yang garda munggu, mana yang kapulaga, dan aku juga hafal dengan segala manfaat mereka. Bukankah itu juga termasuk suatu yang patut dibanggakan?? Tapi entahlah, setiap kali aku berkata begitu yang kudapat hanyalah senyuman sinis darimu… Hahahaa.. ahh.. sudahlah, yang terpenting hanya satu.. Aku menyayangimu, aku mencintaimu, dan aku harap kau juga begitu, meski dalam rupaku sebagai Gadies Kampoeng atau sebagai Putri Cinderella. :*
Dari Cinderella yang gagal,
Sri Hidayanti Nelson.
 


0 Comments
Komentar

0 komentar:

Post a Comment