Februari
tahun kemarin menjadi bulan yang sangat suram untukku. Bahkan, lebih
suram dari wajahnya Ki Joko Bodo. Bagaimana tidak, kekasih yang dulu
aku bangga-banggakan ternyata tidak lebih dari seorang pembual yang
kata-katanya sangat manis -bikin diabetes-. Saking manisnya sampai
inderaku mati rasa.
Aku
kira kamu dulu adalah orang yang baik untukku. Kamu masuk dalam
hidupku di saat yang tepat. Saat di mana aku benar-benar butuh
sesosok pria yang akan mampu membunuh kekosongan, kesendirian, dan
lebih dari itu, untuk menekan segala motivasi dalam diri sampai pada
puncaknya. Nyatanya, senyummu selalu berhasil menggariskan
sketsa-sketsa ingatan terbaik, menarik, dan tentu penuh warna.
Yah,
semua itu sangat melenakan hingga pada akhirnya kamu menyaitiku,
mempermainkanku, membodohiku, dan yang paling aku sesalkan adalah
kenyataan bahwa aku hanya sebagai pelarianmu saja --Anjay
pelarian..capek bang lari-lari terus.
Ternyata aku hanya persinggahan sementara bagimu yang sedang menunggu
wanita lain. Mungkin kamu ingin hidup sehat hingga punya hobi berlari
seperti itu, tapi jangan pernah mengajakku berlari atau menjadikanku
pelarian, Hayati gak kuat bang. Hayati ngos-ngosan.
Aarrrgghh,
abaikan saja sisi ke-mellow-anku tadi. Perempuan normal sepertiku
yang cantik, shalihah dan feminim ini memang selalu punya sisi
cengeng yang tidak bisa serta-merta aku hapus begitu saja. Aku tau
kalian mual. Oke lanjut...
Hah,
perempuan normal?? Apakah aku bisa dikatakan normal dengan hidup yang
seperti ini? Okeh bang, sebelumnya kamu harus tau bahwa kelakuanmu
itu meninggalkan trauma hingga merubah sudut pandangku dalam
mengartikan kata ‘Normal’. Sekarang, bagiku normal adalah
kehidupan bahagia yang selalu dijalani orang-orang dengan pasangan
seperti pada umumnya. Dengan hampir semua kenalanku yang punya
pasangan -dan aku tidak- apakah aku bisa dikatakan normal? Dengan
situasi yang sama sekali berbeda dengan orang-orang di sekitarku,
apakah aku bisa dikatakan normal? Kamu benar-benar dog
ya bang, bikin aku kurus kencing ,eh, kering macam ini.
Kamu
boleh mencemoohku wanita tolol karena aku sudah mebiarkanmu
melukaiku. Tapi kamu harus sadar diri, sebenarnya kamu itu tololer
(Baca:
lebih tolol) than
me.
Kamu sudah meninggalkan wanita super setia macam aku ini. Sekarang,
aku hanya bisa berdo’a untukmu agar cepat tobat, juga sekalian ku
kutuk kamu gak akan punya pacar lagi, lalu sadar bahwa akulah yang
terbaik untukmu. Haha, rasain!!
Mungkin
benar petuah guruku dulu, bahwa do’a orang yang dianiaya lebih
dekat untuk dikabulkan. Kemarin, kamu datang sambil meraung-raung
seperti anak kecil yang kehilangan mainannya. Kamu bilang bahwa kamu
menyesal dan ingin kita balikan. Aku hanya bisa melongo. Setelah
semua trauma itu, kamu mau kita balikan? Nggaaaakkkk.
Emmoooh.
egGaaah,
Enjeeeeekkk,
enNoooo.
Aku gak sudi!! Sekarang kamu tau, kan akibatnya?
******
Kemarin
waktu aku pulang kuliah, salah satu Pak De ku tiba-tiba nanya:
“Ndok,
pacarmu itu kok ‘ndak pernah datang lagi?”
Dengan
santai aku jawab,”Dia udah nikah sama siluman buaya Pak De, makanya
sekarang dah jadi buaya darat.”
“Loh
kok bisa? Apa dia main ke kebun binatang?”
Aku
hening sejenak, mencerna pertanyaan beliau. Mana ada siluman di kebun
binatang?
“Bukan
Pak De, dia mainin orang.” Jawabku. Lalu aku segera masuk kamar,
takut dihujani lagi dengan pertanyaan mengerikan selanjutnya.
Seperti: kapan mau nikah? Omegat!!!
Hellow???
Baru pacaran aja udah ditikung, gimana mau nikah. Nelongsoo!!!
Tapi
dari semua ini aku bisa belajar. Belajar bahwa tidak semua apa yang
kita inginkan bisa menjadi kenyataan karena, Tuhan
akan memberikan apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan.
Mungkin kamu memang tidak bisa menjadi masa depanku tapi kamu akan
menjadi pelajaran yang sangat berharga untukku.
Nyuhani
Prasasti
Seorang
Gadis Yang Berhasil Lolos dari Jeratan Lubang Buaya