“Cinta, sebuah kata yang tak persis pengertiannya, kecuali ketika
kita merasakan sakitnya" (h.475)”Goenawan Mohamad, Catatan Pinggir 5"
Tak ada yang siap bercinta kecuali mereka yang siap hidup dalam
pesakitan Dub. Peradaban manusia selalu dibangun dengan dua variasi, yaitu
cinta dan benci. Walaupun keduanya bukan antonim, tapi kedua kata ini sering
dikambinghitamkan atas kengerian-kengerian yang terjadi pada manusia.
Apa kabarmu Dub? Masihkan kamu bersembunyi di bangunan seribu
pintu itu? Masih betah gendut dan sendirikah? Makasih atas wejangan-wejanganmu
selama ini dan semoga sedikit dari apa yang bisa aku berikan disini bisa
membantu. Walaupun aku sadar, tak ada sama sekali. Dan untuk perempuanmu,
berjuanglah. Tak ada yang lebih haru daripada seseorang yang berjuang untuk
cinta.
Mungkin ada beberapa hal yang ingin sedikit kukatakan padamu,
tapi karena aku tak pernah serius untuk bicara, jadi aku menuliskanya saja.
Menyoal cinta saja bukan perkara perempuan, karena bagi aku ataupun kamu Dub,
kita sama-sama tahu bahwa perempuan itu selalu misteri. Dia selalu membawa
tirai. Perempuan adalah apa-apa yang bisa dia sembunyikan.
Cinta bagiku adalah apa-apa yang membuatmu kembali berpikir,
bukan bahagia. Karena bahagia bagiku adalah ungkapan klise dan utopis. Karena
aku takut kebahagiaan kita hanyalah apa yang dikatakan oleh media dan yang
distandarkan oleh orang lain. Apalagi euforia perasaan karena hormon dopamin
yang dikeluarkan oleh tubuh kita saat sedang jatuh cinta. Nyaman itu melenakan
Dub dan segala hal yang melenakan adalah racun. Sebagai seorang manusia kita
harus lebih tinggi dari itu, karena kita dibekali hati nurani.
Cinta itu bermata dua Dub, dia destruktif serta konstruktif.
Sejarah selalu mengajarkan betapa hitam putihnya perjalanan cinta itu sendiri.
Kamu selalu mengatakan bahwa aku sudah kenyang dengan sabar. Jangan lupa Dub, sabar
itu bukan merelakan, sabar itu menunggu dan selalu menyakitkan dalam menunggu
itu. Seperti juga rindu yang ditahan dengan sesak dada.
Kamu harus siap Dub, ada banyak luka dalam cinta. Lebih baik
kamu buat pertanyaan kembali untuk cinta. Menakar apakah benar perempuan yang
kamu perjuangkan adalah ia yang bersiap menggelayutkan kepala di pundakmu ketika
dia lelah dengan keadaan. Karena bagiku cinta perempuan itu sangat sederhana.
Dia sesederhana membangunkan pasangan di pagi hari dengan kecupan mesra untuk
mengajak bercinta.
Dan ingat Dub, jika kamu tersakiti, bolehlah kamu mendendam.
Tapi jangan kira dendam adalah pembalasan simetris. Dendam adalah pacu untuk
kita melaju dan sedikit lebih merasakan serta menghayati rasa keadilan. Dan
jangan paksakan apapun kepada perempuanmu. Karena bila dia hargai usahamu pasti
dia akan semakin manja denganmu. Karena seperti itulah perempuan. Otaknya mungkin
sakit?
Aku tak bisa lebih banyak menulis lagi karena kamu juga jarang
bercerita denganku. Aku hanya bisa berdoa dalam kesunyian untuk kesungguhanmu
dalam memperjuangkan cinta. Semoga semua baik, tak perlu sempurna tapi baik itu
cukup. dan mulailah adil sejak dalam pikiran Dub, termasuk untuk cintamu. Salam
Kasihku padamu Dub.
Ahmadi Gims
18 Juni 2015.