Sebab cinta dan asmara, diakui atau tidak, bagi sebagian mereka yang berusia dewasa memiliki ketersinggungan yang erat dengan kepemilikan modal (Baca: Uang, Jabatan, Garis Keturunan, Profesi, dsb). Dengan kata lain, bisa jadi dan biasanya yang terjadi adalah: "Yang Kaya Makin Dicinta, Yang Miskin Makin Nestapa".
"Kaum tuna asmara proletar seluruh dunia bersatulah..", pekik Jon. Lanjut Jon, "Kita harus beranjak dan bergerak melawan proses kapitalisasi cinta dan harus menghancurkan praktik budaya semacam ini. Jangan sampai kita menjadi bujang yang tak mampu bercinta hanya karena tak punya uang".
Kancah pergaulan muda-mudi Indonesia di tengah kemajuan teknologi dan derasnya arus globalisasi adalah ditandai dengan semakin nge-trend-nya hastag "ExploreIndonesia" (Atau istilah lain yg sejenis, intinya adalah piknik), semakin kerennya nongkrong dan kencan di Kafe "Menengah Atas", serta semakin menggeliatnya hasrat nonton di bioskop. Yang mana ketiga hal tersebut merujuk pada kepemilikan modal, sebut saja "UANG".
Berpijak pada hal itu, melemahnya nilai rupiah yang ditandai dengan kenaikan harga-harga, tentu saja berdampak kegoncangan bagi para "tuna asmara proletar" (baca:kere; miskin; dhuafa), yang hendak membangun puing-puing asmara yang mulai bercecer berserakan di tengah laju usia yang semakin berumur. Hal ini juga dirasakan betul oleh Jon dan juga saya. Jon dan saya ini benar-benar merasakan dampak yang signifikan. Sebab saya tak bisa ngajak "#ExploreIndonesia", tak cukup modal untuk kencan di Kafe, juga tak mampu ngajak nonton ke bioskop. Itu artinya, saya menjadi semakin termarjinalkan dari kancah pergaulan sesama anak bangsa.
"Yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin", begitu kata para aktivis anti-kapitalisme, yangmana slogan atau adagium tersebut adalah sebagai gambaran untuk praktik KAPITALISME. Melihat kondisi realitas sosial percintaan yang terjadi saat ini, saya rasa adagium tersebut juga bisa berlaku dalam praktik "per-asmara-an" yang juga sarat dengan praktik Kapitalisme. Sebab cinta dan asmara, diakui atau tidak, bagi sebagian mereka yang berusia dewasa memiliki ketersinggungan yang erat dengan kepemilikan modal (Baca: Uang, Jabatan, Garis Keturunan, Profesi, dsb). Dengan kata lain, bisa jadi dan biasanya yang terjadi adalah: "Yang Kaya Makin Dicinta, Yang Miskin Makin Nestapa".
Jika Karl Marx, bersama sobatnya Engels, dulu bianget mencipta paham KOMUNISME sebagai lawan tanding paham KAPITALISME dan menyerukan "Proletarier aller Länder vereinigt Euch, Kaum proletar seluruh dunia bersatulah..", maka di sini Jon menyeru pada seluruh kaum tuna asmara proletar untuk melakukan revolusi melawan Kapitalisme di bidang asmara. "Kaum tuna asmara proletar seluruh dunia bersatulah..", pekik Jon. Lanjut Jon, "Kita harus beranjak dan bergerak melawan proses kapitalisasi cinta dan harus menghancurkan praktik budaya semacam ini. Jangan sampai kita menjadi bujang yang tak mampu bercinta hanya karena tak punya uang". :D :D
Dub Nyuk dan Jema'at Jomblo Syar'i minat bergabung??....
Johan Saputro
Calon Bupati Sragen yang gagal nyalon
karena tak punya 'Calon Bu Bupati'