999 KATA TENTANG ANDA | Rifqi Fairuz




Hai Mas, belum tidur?

Begitu sesekali anda menyapa saya mimpi basah lewat tengah malam. Waktu di mana konon malaikat sedang turun ke langit dunia. Waktu saat Tuhan begitu dekat dengan hamba-hambaNya yang menggali kuburnya sendiri karena dilanda kesedihan jomblo beban berat dunia. Seperti anda.

Saya sengaja ingin sesekali menuliskan sesuatu tentang anda. Barangkali anda lupa, kita pernah membahasnya dan belum sempat pegangan tangan pada satu kesempatan. Ini pun setelah persetujuan dengan anda, dan anda menjamin keamanan saya dari kesalahpahaman lelaki yang bisa jadi cemburu dengan catatan ini. Anda adalah mahasiswi sastra, oleh karenanya tidak ada apresiasi yang lebih baik daripada sekedar barisan kata-kata dengan kalimat baku dan sesuai kaidah. Tidak ada tendensi lain, apalagi untuk modus tertentu. Karena tampaknya anda, dan saya, sedang sama-sama mengambil peran antagonis atas sesuatu yang lazim disebut: asmara.

Anda adalah orang baik. Demikian jawaban saya jika diminta untuk mengidentifikasi anda. Begitu pula banyak orang dan teman anda yang lain. Tapi definisi baik itu sendiri tentu perlu penjabaran lebih luas. Kata baik bisa jadi tidak cukup untuk mengupas apa yang ada di balik kulit luar anda, karena anda tidak jarang berada di kutub berseberangan dari kata baik; Anda menjengkelkan.

Menjengkelkan saya senang sekali karena saya sering jadi bahan lelucon anda. Menjengkelkan karena anda memberi perhatian masukan, yang anda sendiri tahu bahwa saya tidak akan pernah melakukannya. Sudah berapa banyak masukan anda yang saya tanggapi: No. Atau No Way! Terlebih masukan anda soal polemik saya dan seseorang yang membatu. Menjengkelkan, karena kepala anda yang ternyata sedikit lebih keras daripada saya. Menjengkelkan karena anda memang menjengkelkan. Dan akhirnya saya tidak ada upaya lain, selain menjadi tesis serupa dan menjadi versi copy anda supaya anda tahu bagaimana rasanya dijengkelkan. Saya berupaya menjengkelkan balik. Tapi hasilnya jauh dari harapan: anda justru makin menyenangkan menjengkelkan. Upaya saya menjengkelkan anda, nyatanya tidak membuat anda jengkel. Dan lagi-lagi, saya menjadi pihak yang jengkel. Dasar, wanita di mana-mana memang batu! Ups...

Tapi bedanya, saya mah apaan. Saya cuman batu kerikil sepanjang rel kereta api Jogja-Jatim yang anda tumpangi. Sementara anda bagai batu akik yang sekarang banyak diburu lelaki untuk dijadikan hiasan jemarinya. Karena saya sebenarnya tahu ada yang siap mati-urip-lahir-batin demi batu akik itu. Haha. Ngomong-ngomong hiasan jemari, kapan anda memakainya? Konon kabarnya ada cincin yang hampir melingkar di jari manis anda ya? Ihirr.. Kalau anda tanya, kata siapa? Ya saya tidak akan menjawab kata siapa, pokoknya begitu lah insting saya; rasanya anda tak akan lama lagi memakainya.

Memang ini adalah cinta tuduhan yang tidak beralasan. Tapi saya berpesan, tolong statemen saya ini jangan anda kriminalkan atas tuduhan kesaksian palsu, seperti yang terjadi kepada pimpinan Lembaga anti Korupsi negeri ini. Saya tidak ingin karena statemen tadi, nanti jadi kasus cicak vs buaya jilid sekian. Anda lah cicaknya, yang selalu menempel di dua sisi tembok yang bernama mantan dan masa lalu. Terus buayanya siapa? Baiklah, saya jadi buaya tidak mengapa, karena saya memang.... ah, sudahlah. Tapi anda pun tahu kan, saya tidak se-buaya itu. Sama lawan jenis saja saya keder. Kalau saya buaya, tentunya saya sudah seperti teman-teman saya, yang bebas kesana-kesini memangsa siapa saja. Iya, siapa saja. Tak terkecuali, ada yang memangsa sesama jenis. #eh

Oke, ambillah sisi sebaliknya, anggap saja statemen tadi adalah doa. Karena kata orang yang bernama Rifqi Fairuz, "sebaik-baik doa adalah yang datang dari mereka yang tidak berkepentingan atas doa tersebut". Insya Allah saya tidak berkepentingan apapun terhadap anda. Saya tidak berkepentingan siapa nanti jodoh anda, siapa nanti yang menyanding anda. Saya ada di luar, dan menyatakan diri bebas baik secara moral maupun intelektual dari semua itu.

Eh, sebentar. Bohong ding, kalau saya bilang tidak berkepentingan. Karena sebenarnya saya masih mengharapkanmu berkepentingan untuk memastikan anda tetap piyambakan (sendirian), supaya tetap bisa saya olok-olok. Kalau anda sudah tidak piyambakan (sendirian), siapa lagi yang bisa saya cintai olok-olok? Masak anda tidak mencintai kasihan sama saya? Ya selain itu, saya juga masih berkepentingan. Kali aja nanti saya kesepian kehabisan duit, maka siap-siap saja anda menjadi target operasi saya. Atau lain kali rindu cucian saya setinggi gunung, boleh lah anda angkut lagi untuk laundry gratis. Ya walaupun nggak gratis-gratis juga, karena saya harus membayar ongkos senilai kaos Juventus saya yang tersandera di lemari anda selama berminggu-minggu karena upaya laundry gratis.

Wait. Saya perlu memberitahu bahwa sengaja saya menyebut 'anda', alih-alih kamu. atau kau. Atau seperti biasanya sehari-hari sayang misalnya. Saya hanya ingin sedikit sopan saja di sini, karena saya sebenarnya sangat menghormati anda, di balik bully-an dan geguyon yang tak tentu arah tentang anda. Andai anda di-’kerek’ di tiang bendera, saya pasti akan menjadi yang pertama menolong tertawa, eh, hormat kepada anda. Saking cinta hormat saya kepada anda.
Bayangke jal!!

Saya ingin berbagi apa yang guru saya pernah katakan: Dimensi manusia itu banyak. Contoh saja: memposisikan diri sebagai mahasiswa yang dituntut untuk berilmu dan selesai skripsi tepat waktu. Jadi anak dari orang tuamu. Jadi kakak/adik yang baik dan bertanggungjawab dari saudara-saudarimumu. Jadi kader organisasimu yang dituntut untuk selalu aktif. Jadi orang NU ataupun Muhammadiyah, yang diminta untuk sesuai dengan nilai-nilai organisasimu. Jadi orang Islam yang berkewajiban untuk saleh dan bertakwa. Jadi contoh masyarakat, orang sekitarmu. Jadi santri yang patuh dari Kiaimu. Jadi seseorang yang menyenangkan bagi teman-temanmu. Jadi pacar yang baik bagi pacarmu. (Kalau punya aku harap kamu. Hehe.) Dan semua itu mau tidak mau harus kamu turuti, dan jika tidak kamu cerdasi, niscaya kamu sulit bernafas karena waktumu 24 jam akan terbagi untuk menjadi ideal atas hal itu semua.

Ketika saya merasa gagal memenuhi semua dimensi itu, Saya tidak melihat anda capek untuk menjadi ideal atas semua itu. Malah justru saya melihat semuanya menjadi mudah, dan bahkan semuanya berubah menjadi udara, yang mudah untuk anda hirup dalam satu tarikan nafas. Karena anda begitu cerdas. Dan walhasil, anda menjadi anda. Anda yang cantik menjengkelkan, yang kadang galau dan yang kadang membatu. Tapi semuanya itu justru membuat anda menjadi manis unik. Menjadi anda yang tidak saya temui di pribadi perempuan sahabat saya yang lain. Maka tidaklah perlu saya beri nasehat atau semacamnya, karena anda sudah menjadi anda, seutuhnya. Tidak menjadi orang lain.

Tapi kalaupun boleh, saya hanya minta satu hal dari anda: dengarkan lagu ‘Untuk Perempuan’. Anggap saja itu nasehat buat anda.
Anda juga suka lagu itu, kan?

Sekian dulu.
Kalau anda sudah baca, ‘ping’ ya.
Rifqi Fairuz
Intelektual muda(h) patah hati dan Penulis lepas -lepas dari pacarnya-.

0 Comments
Komentar

0 komentar:

Post a Comment