Manusia memerlukan kesedihan, itu
diantara kebutuhan primer dalam jiwa manusia, selain bahagia, manusia sangat
memerlukan kesedihan. Kesedihan memang tidak perlu dieksploitasi, sebab justru kesedihan itu sendiri yang mengeksploitasi. Manusia
selalu dibayang-bayangi dengan penyesalan hidup, kehampaan diri, kosong dan sebagainya. Ya, tahun ini ibarat
wajan besar yang menampung semua itu.
Pernah ada yang bilang, aku sudah
terhibur dengan kesepian. Sangat puitis, ada tragisme mendalam dengan kalimat
itu. Aku hanya mengangguk, mengiyakan. Aku memang mudah terhibur, berusaha
untuk menghibur diri tetapi itu paradoks, dan ternyata ada yang lebih menghibur
yaitu kesedihan. Kesedihan-kesedihan itu tidak aku pandang sebagai sesuatu yang
buruk, tetapi aku lebih menghargai betapa rencana-rencana manusia selalu
berbenturan dengan rencana Tuhan. Sekuat apapun aku menarik tambang, jika beban
yang kutarik lebih berat dari tenagaku, maka aku sudah terpental dan terhempas
pada beban itu.
Pernah aku berpikir, seandainya aku
membuka warung dengan berbagai macam menu, misalnya menu kesedihan, menu
kesendirian, menu kekosongan, menu kesunyian, dan menu kesenduan. Aku pikir,
akan ada banyak orang yang membelinya, menikmatinya bahkan menjadi pelanggan
tetap. Tetapi sayang, aku tidak berani menjualnya, aku sendiri masih memerlukan
kesedihan.
Beberapa lamunan sering datang di
waktu yang tak tepat, saat tengah malam bercampur sunyi atau sedang menciumi
aroma toilet. Lamunan yang bercampur aduk itu di antaranya adalah kerinduan
mendalam dan ratapan penyesalan atas apa yang telah terjadi. Ya, manusia tidak
bisa melawan Batara Durga atau Batara Kala. Kenangan yang datang bergantian
seolah hanya bisa dijawab dengan menutup mata sembari tersenyum.
Manusia tidak akan menang melawan
kenangan yang membekas bagi dirinya, permanen dalam kepala, disimpan
dalam-dalam. Meski terkadang di dalam kenangan terdapat luka, usah diusik,
karena luka akan mengering dengan sendirinya. Biarkan setiap luka dalam
kenangan menjadi hal yang pantas untuk diingat. Meskipun dahulu kita tidak
sadar atas apa yang telah dilakukan, salah atau pun benar kita tidak mengira
ternyata di waktu sekarang hal itu bisa terbayang ulang secara detail, tiap
inci dan tiap unsurnya. Otak merekam segala visual dan audio, meski tidak
mencapai 100%.
Kemampuan otak manusia jika
dibandingkan dengan hewan, tentu sangat jauh berbeda, karena otak manusia mampu
mengingat hal paling berharga bagi dirinya, apakah kenangan pahit akan
terulang, kenangan hanya sebatas kenangan atau dia terjerumus kembali untuk
melakukan kesalahan? Dalam hidup, putih tak selalu bersih, hitam tak selalu
kotor, terkadang ada alasan kuat untuk mengambil keputusan, karena
seburuk-buruknya keputusan tetaplah keputusan.
Pertahanan manusia paling dalam
adalah alasan, alibi untuk mempertahankan diri, membenarkan diri dalam
memaafkan segala kesalahan. Keindahan masa lalu selalu menawarkan pengandaian
atas apa yang terjadi sekarang, seolah-olah penyesalan itu tidak pernah
sebenar-benarnya mengampuni kesalahan. Ingat pepatah seseorang “Jangan takut
kesalahan, karena bijaksana datang setelah kesalahan”. Pelajaran yang kudapat
sekarang berupa dorongan untuk selalu introspeksi diri, membenahi kerancuan
hidup dalam meyakinkan orang lain. Namun, betapa pun berat kesalahan yang
diperbuat, ternyata kopi masih hangat untuk kita nikmati.
Egi Azwul 2015
Sarjana Tua, penyayang binatang -kecuali yang halal dimakan-.