Ketidaksamaan Keyakinan Cinta Kita | Afif Zamroni


Aku sudah cukup mengenalmu dengan seksama. Kita sudah berkarib beberapa tahun, dan aku sangat percaya diri serta sudah bisa menebak isi dari pikiranmu. Kamu dan aku seharusnya sama-sama tidak mempercayai satu hal. Yaitu ada kekuatan yang begitu besar dalam cinta yang tidak mungkin mampu memudarkan segala penghalang dari jalannya. 
Namun keputusanmu beberapa waktu yang lalu begitu tepat mengejutkan. Kamu kandaskan sesuatu yang kita sama-sama tidak pernah percaya. Rasa, harapan, kebahagiaan kita selama ini kamu bunuh dengan sadisnya. Terbesit rasa sakit yang begitu mendalam serta beberapa pertanyaan yang tak bosan-bosannya masuk dalam pikiranku, dek. Apa yang membuatmu meninggalkanku? Padahal di saat yang sama, kamu bilang masih mempunyai perasaan yang kuat dalam hatimu padaku. Pilihanmu benar-benar tak bisa ku mengerti, dek.
Apa jangan-jangan kamu mulai dewasa, lalu banyak pertimbangan dalam menentukan pilihan. Mungkin kamu ingin menjadi manusia yang purna dengan meninggalkan insting kebinatanganmu. Dan kamu mulai waras, hingga kamu berpikir tak ada masa depan baik yang akan kamu ukir bila bersama denganku.
Mungkin kamu sudah tahu, proses pilah-pilih pasangan pada hewan memang cuma sebatas penilaian fisik (ketampanan, kekuatan, kekayaan dsb). Sehingga agar tak mau dianggap seperti itu, kamu memilih memakai cara yang lebih manusiawi dengan memaksimalkan fungsi dari akalmu. Kamu terapkan standar baru untuk kriteria pasanganmu. Ia yang tidak cuma mampu memenuhi kebutuhan biologismu, namun juga ekonomi, agama dan domestik.
 Lantas apakah kamu menganggap aku ini pantas disebut kehewan-hewanan? Karena sampai sekarang aku masih percaya bahwa untuk bahagia, aku hanya butuh cintamu.
 Kalau memang benar begitu adanya, aku terima dek. Kamu boleh mencercaku, aku tidak marah. Setidaknya berilah aku keringanan memilih sendiri spesies hewan tertampan yang ada agar bisa kamu pilih. Mungkin aku ingin memilih cicak, agar bisa merayap di dinding kamarmu, lalu ee’ di jidatmu itu. Haha. Tapi bagaimanapun juga, aku tidak terima apapun alasannya. Ibuku terlalu sempurna untuk hanya melahirkan seekor cicak.
Denis de Rougemont berpendapat bahwa hubungan yang hanya dilandasi akan cinta adalah hubungan imajiner. Karena pelakunya hanya bisa berangan-angan akan sesuatu yang tidak nyata. Seperti aku yang selalu berkhayal bisa membahagiakanmu dengan cintaku, tapi untuk membayar hotel melati tiket bioskop saja aku tak sanggup.
Apa perlu aku harus mendaftar jadi teroris atau anggota Gafatar, dek? Agar mendapat jaminan syurga dan tanah lima hektar. Namun yang kupunya hanyalah cinta. 
Dek, kamu yang mungkin begitu mengakui bahwa ada kekuatan yang lebih menentukan daripada cinta, yaitu waktu atau daya tahan. Karentidur bareng cinta saja tidak cukup. Cinta tanpa daya (materi, agama,dsb) hanya bersifat sementara. Daripada sibuk mempertahankan ‘rasa indah yang menyakitkan’, kamu lebih memilih menjauhi penderitaan itu sejak dini.
Lalu bagaimana dengan perasaanku dek? Aku sudah tahu bahwa aku tidak bisa mencegahmu kelaparan hanya dengan perasaan cinta. Maka kamu bisa bayangkan betapa aku berusaha matian-matian mengubah pola hidupku yang terlewat pemalas ini, menjadi sangat bersemangat hanya demi masa depanmu. Bahwa aku yang sebelumnya cukup sulit sekedar hanya mengangkat katup mata lebar-lebar saban pagi. Banyak orang mengatakan aku tak punya gairah hidup. Tapi karenamu, aku berani merelakan bermimpi menaklukkan dunia untukmu. Aku belajar dengan maksimal guna meningkatkan kemampuan dan ketrampilan untuk mendapatkan pekerjaan layak di masa depan, dan lagi-lagi itu hanya untukmu dek. Masihkah kamu ingin mengolok-olokku dan mengatakan aku tak pantas menjadi manusia? Tapi dek, aku yakin kamu tak sampai hati berpikir sejauh itu, menyerupakanku dengan binatang.
Mohon maklumi, aku sedang labil-labilnya. Merelakan kepergianmu adalah api yang harus ku bakar dalam lautan. Percayalah, aku masih mengharapkan takdir baik selalu menjumpaimu. Ini hanya gerutuan lelaki banci yang tak bosan-bosannya ingin menengadah dalam sepi, membasahi bibirku dengan namamu. Namun terkadang hasratku yang juga ingin bahagia tak bisa ku cegah. Sedangkan bahagiaku adalah kamu. Maka terkadang aku menggerutu keterlaluan dan aku minta maaf atas itu dek.
Salamku untukmu.
Afif Zamroni
 Penyuka cicak dan berusaha keras menerima kegagalan cinta takdir

3 comments: