Hari ini adalah hari dimana
banyak orang mendadak perhatian dengan keadaanku. Mereka tiba-tiba menjelma
menjadi rintisan Mario Teguh dengan segala kata-kata bijaknya. Tak jarang juga
yang berjanji akan mendo’akan kebahagiaan nasibku yang katanya terlalu mengerikan
untuk dijalani. Sesekali mereka ikut
mengumpat untuk ‘kamu’ yang mana dalam paradigma mereka adalah tokoh yang
bertanggung jawab atas semua kepiluan yang melanda hati ini. Lalu aku mencoba
memikirkan semua, dan sampai sekarang masih kebingungan untuk mencernanya.
Benarkah kamu sejahat itu?
Sebenarnya mungkin malah aku yang
jahat karena sudah menceritakan masalahku pada mereka dengan bahasa yang
seolah-olah menggambarkan bahwa semua salahmu; kamu sangat jahat, kejam,
bengis, psikopat, kanibal, vampir, GGS, mboh. Tapi aku tahu, sebenarnya kamu
tak sejahat itu. Kamu sangat baik hingga berpikir bahwa aku akan menderita bila
menuruti kelabilanmu secara istiqamah. Ternyata kamu sangat bijak masih mau
memikirkan hati orang yang sudah merebut kebahagiaan darimu.
Sekali lagi, kamu tak salah sama
sekali. Aku yang salah karena memaksakan kedewasaan kepada pemudi yang jauh
lebih belia dariku. Aku yang salah sudah mengikrarkan kata ”sayang” dengan
makna yang membawa-bawa nama Tuhan dan aku tau itu akan membebani pikiranmu.
Perasaanku yang salah karena ia tak pernah main-main, sedangkan perasaanmu
padaku hanya sebatas mencari ‘kebahagiaan’.
Kamu tidak salah ketika kamu tak
bisa berjanji tak akan meninggalkanku, ketika kamu sudah tak lagi bahagia
bersamaku. Aku yang terlalu kekanak-kanakan dengan membicarakan hal yang sangat
tabu kepada orang yang belum siap berpikir sejauh itu; menikah. Aku yang salah
karena sudah berani berjanji membuatmu bahagia padahal aku hanyalah sampah. Bagaimana
bisa aku membahagiakanmu jika masa depanmu terlalu sempurna untuk ku hancurkan?
Aku sedikit menyesal mengharapkanmu
menjadi belahan jiwa yang akan susah-senang berjuang bersama di masa depan.
Dengan segala kesempurnaan yang kamu miliki, kamu tidak seharusnya berada
disisi orang yang meyakini bahwa dirinya akan bersusah payah dahulu untuk
mencapai impiannya; aku.
Berbahagia tak pernah salah.
Berbahagia adalah tujuan setiap manusia yang masih atau tidak bernanafas lagi.
Setiap orang punya cara untuk itu, termasuk kamu. Meninggalkanku adalah pilihan
tepat untuk kebahagiaanmu.
Bagiku, kamu sendiri adalah
perwujudan dari kebahagiaan –meski tidak sebaliknya denganku-. Apapun yang
sudah atau akan kamu lakukan, kamu tetap pantas mendapatkan kebahagiaan karena
kamu sudah membuatku bahagia sepanjang waktu. Bahkan sakit yang kamu beri pun
masih sedikit bisa ku nikmati. Dengan segala kerisauanku, aku makin rajin
menulis dan itu bukan hal yang perlu disesali.
Untuk semua orang yang
mendapatkanku bersedih, meratap, bercinta dengan hape sepanjang waktu, mengurung diri di kamar, bahkan sampai
menangis juga, jangan sesekali beranggapan bahwa aku tidak menikmati hidup!!
Aku sangat menikmati hidupku. Satu poin yang masih pantas untuk diperhitungkan,
setidaknya sampai hari ini aku masih suka wanita dan tidak homo. Aku hanya butuh waktu. Aku butuh waktu untuk
menenangkan diri tanpa melupakannya. Aku bukan lelaki yang mampu menyimpan
sedihnya sendiri, dengan kata lain aku tak pandai menyembunyikan perasaan. Jadi
mohon dimaklumi jika terkadang aku menyibukkan kalian dengan memaksa kalian
mendengarkan curhatan-curhatan yang terkesan alay, cengeng, menjijikkan, hina,
dan lain sebagainya. Aku ucapkan banyak terimakasih pada kalian karena masih
sabar dan mau mendengarkan ocehanku tanpa muntah-muntah. Kemudian untuk kamu
yang pernah menjadi perwujudan semangatku, do’aku untukmu berlebih.
Bangkalan, 2 November 2015
Afif Zamroni HR